Sekedar catatan kecil peringatan maulid Nabi Muhammad di Masjid An-Nur Rawadenok.
Mc dan beberapa orang yang menyampaikan sambutan, setiap kali memberi penghormatan kepada para ustadz mereka berkata : yang saya hormati para asatidz dan asatidzah. Termasuk pak ustadz bang Salim yang menyampaikan ceramah sebelum ustadz Subki al Bughuri.
Agak tergelitik mendengar 'salah kaprah' yang terlanjur menyebar.
Yang mereka maksud asatidz adalah ustadz ustadz laki laki. Dan yang mereka maksud asatidzah mungkin adalah ustadz ustadz perempuan. Padahal, lafadz asatidz dan asatidzah dua duanya untuk ustadz ustadz laki laki. Jadi yang kena penghormatan baru ustadz laki laki. Sedangkan ibu ibu ustadzah belum kena.
Srharusnya penghormatan yang benar adalah : yang saya hormati para asatidz dan ustadzat.
Lafadz ustadz adalah bentuk tunggal. Bentuk pluralnya menggunakan jama taksir yaitu asaatiidz dan asaatidzah. Lafadz asaatidzah adalah yang paling sering digunakan. Karena itu ustdz Subki Al Bughuri menyampaikan penghormatannya dengan benar. Katanya : yang mulia para asaatidzah dan ustadzaat. Ustadz Subki menurut saya memang ustadz yang 'ada isinya'.
Sedangkan jamak mudzakkar salimnya, yaitu ustadzuun atau ustaadziin jarang digunakan. Imam Muslim pernah berkata kepada imam Bukhari gurunya : anta ustadzul ustadzin.
Untuk perempuan perempuan (ustadzah), digunakan jamak muannas salim yaitu ustaadzaat.
Jadi kesimpulannya :
Untuk paj ustadz gunakanlah asaatidz atau asaatidzah atau ustadzun
Untuk ibu ustadzah gunakanlah ustaadzaat.
Jadi penghormatannya harusnya begini. Yang saya hormati para asaatidzah dan para ustaadzaat.
https://blog-subhan.blogspot.co.id/2016/01/asatidz-dan-asatidzah.html
No comments:
Post a Comment